Rasionalisasi Anggaran Akibat Covid-19 Hambat Pertumbuhan Pariwisata dan Ekonomi Natuna

NATUNA, KILKINFOKOTA.CO.ID – ‘Natuna itu di mana?’ Kalimat ini dikutip oleh jurnalis media ini dari salah satu sumber yang mengandung makna dalam Peta Nasional Indonesia, Kepulauan Natuna hanya terlihat seperti noktah tetapi letaknya strategis dan berada di garda terdepan NKRI berbatasan dengan beberapa Negara ASEAN seperti Singapore, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand dan China sehingga menjadikan Natuna seperti layaknya poros maritim dunia di Asia Tenggara, selain itu Kepulauan Natuna merupakan pintu masuk dan jalan dari Asia ke Eropa yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lewat sambungan telepon, awak media ini (Ranai 11/3/21) melakukan percakapan dengan salah seorang pelaku wisata yang mengelola Objek Destinasi Wisata Air Hiu yang juga Ketua Kadin Natuna Zahardin.

Destinasi wisata air terjun Gunung Air Hiu Natuna

“Wisata Natuna mulai menunjukkan tanda-tanda akan berkembang, misalnya dengan ada investor yang menampakkan minatnya berinvestasi di sektor pariwisata seperti Jelita Sejuba, Alif Stone Park, dan lain lain. Ditambah lagi dengan dukungan sumber daya alam keindahan ragam flora dan fauna yang khas seperti kekah Natuna, kayu ulin, kayu arang. Ditambah lagi kekayaan alam laut seperti ikan, terumbu karang yang indah ragam corak bentuknya dan unik,” begitu kata Bang Ding sapaan akrab Ketua Kadin Natuna itu.

Bang Ding juga mengatakan, “Selain sumber daya daerah berupa kekayaan kandungan alam minyak bumi dan gas bumi, dan (adapula) pemandangan destinasi pantai dan laut dengan airnya yang jernih serta dengan bebatuan geosit yang menurut para ahli geologi berusia jutaan tahun yang lalu itu sangat indah,” kata Bang Ding.

Selain itu sumber daya manusia Natuna juga telah tersedia seperti pemandu wisata scuba diving dan snorkling yang bersertifikasi dan dengan keramahan masyarakat Natuna yang ramah tutur sapanya dengan budaya khas Daerah Natuna yang beragam secara turun temurun seperti mendu, beredah, silat gendang yang lincah, tari-tarian Natuna dan khas Melayu Natuna dan makanan khas Natuna tabal mando terbuat dari sagu kelapa dan ikan, kernas yang terbuat dari ikan tenggiri Natuna, dodol durian ceruk dan lain-lain.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Natuna Hardinansyah yang ditemui awak media ini di ruang kerjanya mengatakan, “Pariwisata Natuna kita mengenal tiga hal; satu Aksesibility yaitu transportasi laut dan udara dari dan ke Natuna yang masih ada kendala, Pariwisata di Natuna sangat di topang oleh transportasi dari dan ke Natuna dan saat ini transpotasi udara Natuna hanya dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Lion Air dan Sriwijaya Air yang hanya melayani penerbangan dua kali seminggu dengan rute Natuna Jakarta transit Batam dan Bandara kita masih menumpang enclave sipil dengan runway milik TNI AU, sedangkan transpotasi laut juga belum maksimal,” demikian kata Kadisbudpar Natuna itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Natuna, Hardinansyah

“Yang kedua Amenitas yaitu sarana dan prasarana pendukung, Kabupaten Natuna memiliki 119 ODTW atau objek daya tarik wisata, cuma masalah kita adalah tidak satupun dari lahan ODTW itu milik Pemda Natuna. Sebetulnya Pemda berharap kepada pemilik lahan bekerja sama untuk mengelola akan tetapi kita maklum dengan kondisi keadaan Natuna saat ini sehingga pada umumnya pemilik lahan ingin menjualnya akan tetapi Pemda tidak punya anggaran,” demikian kata Kadisbudpar.

“Kemudian yang menarik lagi bahwa pada tanggal 29 November 2018 yang lalu Natuna sudah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional dan se-Indonesia ini hanya ada 15 kawasan. Pada tanggal 21 Juli 2020 yang lalu Natuna ini didorong untuk UNESCO Global Geopark karena sarana dan prasarana pendukung dan komunitas pengelola destinasi wisata itu belum memadai sehingga kita belum menerima, tapi pada 21 Juli 2020 kita masih menjadi prioritas oleh Kemenlu dan eksestensi Natuna sebagai bagian dari Indonesia itu mesti dan harus kita perjuangkan,” kata Kadisbudpar Natuna.

Menurut Kadisbudpar Natuna Kawasan Geopark itu terdiri dari 8 Geosit yaitu mulai dari Tanjung Datu, Gua Kamak, Pulau Senua, Gunung Ranai, Senubing, Batu Kasah, Pulau Akar, Pulau Setanau, dan lokasi ini tidak satupun lahannya milik Pemda, dan Pemda berusaha memperoleh dana CSR sehingga Pemda bisa membantu membangun, seperti gapura dan toilet Batu Kasah, akan tetapi mestinya Pemda MoU dengan pemilik lahan selama 10 tahun dan itu masih menjadi kendala.

Untuk membangun bandara sipil, menurut Kadisbudpar Natuna kita mengacu kepada Perda Tata Ruang Kab. Natuna Nomor 10 tahun 2012 yang mana belum memasukkan usulan untuk lokasi bandara, akan tetapi kita masih punya master plan Pak Bj. Habibie (BP3N) namun pengesahan RTRW Provinsi sudah memasukkan ke larik itu sebagai lokasi pembangunan bandara sipil internasional, lahannya sekitar 1000 hektare. Bupati Natuna Hamid Rizal, Gubernur Kepri Isdianto dan Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau sudah mengusulkan anggaran itu 600 Miliar untuk pembangunan tahap awal dan usulan pembangunan bandara sipil Natuna sudah masuk ke Kementerian Menko Kemaritiman Dan Investasi bersama dengan usulan jembatan Batam-Bintan. Prioritas ini adalah untuk mendukung Geopark, tahun 2020 itu sudah masuk anggarannya di APBD Provinsi Kepri yaitu studi kelayakan bandara sipil Internasional di Natuna dan terakhir informasi yang didapatkan oleh kita adalah adanya rasionalisasi anggaran oleh Pemerintah Pusat dan direkontruksikan juga ke kabupaten dan kota. Termasuklah Kabupaten Natuna yang anggarannya itu dialihkan untuk antisipasi penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Pusat,” begitu penjelasan Kadisbudpar Natuna.

Menurut Kadisbudpar Natuna untuk kunjungan wisatawan Nusantara dan wisatawan Mancanegara tahun 2018 sebanyak 26 ribu lebih orang, tahun 2019 kunjungan wisatawan naik menjadi 36.366 orang dan masih didominasi wisatawan Nusantara, sampai bulan November 2020 karena adanya Covid-19 maka mengalami penurunan drastis menjadi 18 ribu lebih. Kalau-kalau tidak terjadi Covid menurut Kadisbudpar Natuna, jumlah kunjungan wisatawan akan mencapai 50 ribu orang, sepanjang tahun 2018 sampai tahun 2020 angka wisatawan Mancanegara kurang lebih 260 orang.

Menurut Kadisbudpar Natuna, Perda Tata ruang kita fokus kepada tiga hal :

  1. Perikanan.
  2. Pariwisata.
  3. Pertanian secara umum.
    dan Vase RPJD Natuna pada periode kelima sebetulnya tidak dinfrastruktur lagi akan tetapi menggali sumberdaya daerah yaitu prioritasnya pada sektor ekonomi.

Untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan di Natuna kedepannya, menurut Kadisbudpar adalah diukur dari Visi Misi Bupati Natuna terpilih yaitu direncanakan nanti setiap bulan akan mendatangkan penceramah kondang Nasional yang digemari oleh wisatawan luar negeri seperti dari Negara Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dll (wisata religius). Dinas Pariwista sendiri akan mengemas paket-paket Tour ke objek-objek wisata yang akan menawarkan kuliner khas Natuna dengan adat istiadat lokal Natuna seperti makan berdulang. Sedangkan Pantai Piwang sebagai pusat atraksi seni budaya lokal.

“Daerah tanpa Budaya seperti hidup tanpa Cinta” kata Kadisbudpar Natuna itu sambil tertawa.

“Pantai Piwang akan menjadi sarana fasilitasi seperti; sound system, lighting dan akan memberikan ruang kepada komunitas seni dan budaya untuk melakukan pertunjukan dan atraksi. Melalui medsos, promosi akan kita gencarkan,” demikian kata Kadisbudpar Natuna.

Asisten II Sekda Natuna, Tasrip

Sementara itu di tempat terpisah di Kantor Bupati Natuna di ruang kerjanya Asisten II bidang ekonomi dan Pariwisata Pak Tasrip mengatakan, “Untuk saat ini Pariwisata kita memang belum booming internasional. Harapan kita ekonomi dan pariwisata ini adalah skala prioritas dan kita akan melakukan kajian ulang terhadap kegiatan penunjang sektor Pariwisata baik dari sisi perencanaan dan penganggaran oleh Pemerintah Pusat yang tertunda akibat pandemi Covid-19 dan kita akan usulkan kembali kepada pihak Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, agar pembangunan Pariwisata kita dapat dilaksanakan sesuai perencanaan yang usulannya telah kita sampaikan ke Pemerintah Pusat.”

“Memang fokus sektor Pariwisata dan segala program penunjangnya harus dapat dicapai, mudah-mudahan Covid-19 cepat berlalu, anggaran APBD kita bisa maksimal, dan intinya yaitu Pariwisata ini adalah aksesibilitas harus lancar, para pengunjung mau cepat sampai dan cepat pulang dan kegiatan bisnis akan lancar kalau Pariwisata kita bagus nantinya,” demikian kata Asisten II Pak Tasrip. (fin)

%d blogger menyukai ini: