AFJ Dan AFFA Gelar Kampanye Seni Jalanan Serentak Di Tujuh Kota: Untuk Indonesia Bebas Kandang Baterai
YOGYAKARTA, KLIKINFOKOTA.CO.ID – 9 Februari 2022 – Animal Friends Jogja (AFJ) bersama Act For Farmed Animals (AFFA) bekerjasama dengan para seniman mural dan relawan Barisan Muda-Mudi Xayang Xatwa (BMXX) menggelar kampanye seni jalanan serentak di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Pembuatan mural yang menggambarkan kondisi hidup mengenaskan para ayam petelur di kandang baterai serta penempelan poster-poster edukatif dimaksudkan sebagai penyadartahuan publik tentang kejamnya praktik kandang baterai bagi ayam petelur.
Dianggap sebagai bentuk penyiksaan ekstrem terhadap hewan, penggunaan kandang baterai telah dilarang di berbagai negara seperti Swiss, Uni Eropa, Bhutan, dan banyak negara bagian di Amerika Serikat. Tapi menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, sistem yang kejam ini masih dominan di Indonesia dengan lebih dari 260 juta ayam petelur. Dalam kerangkeng kandang baterai sempit, setiap ayam cuma memiliki ruang gerak kurang dari selembar kertas A4. Saking sempitnya, sistem ini tidak memungkinkan ayam melakukan hampir semua perilaku alami yang penting untuk kesejahteraannya seperti bertengger, bersarang untuk bertelur, mandi debu, apalagi mengais tanah dan menjelajah.
“Karya-karya seni jalanan/street art (mural, poster, wheatpaste, stensil, grafiti dll) di Indonesia sudah banyak menyoroti isu-isu politik, sosial dan kemanusiaan. Tapi entah kenapa street art sayangnya masih jarang menyuarakan ketidakadilan terhadap hewan termasuk para hewan yang dieksploitasi di industri peternakan.”, tutur Xgo dari Serikat Mural Surabaya.
“Kekejaman kandang baterai mungkin masih merupakan informasi yang baru, bahkan melihat ayam-ayam yang terkurung di dalamnya pun dianggap pemandangan yang biasa. Kampanye yang digagas AFJ ini membuka mata kami tentang penderitaan mereka,” kata Ruru, perwakilan seniman mural di kota Palembang. “Melalui mural yang kami buat, kami berharap masyarakat teredukasi tentang apa yang dikonsumsi dan kepedulian akan kesejahteraan hewan makin meningkat.”, lanjut Ruru.
Elly Mangunsong, Koordinator Corporate Outreach AFJ mengatakan, “Kami senang dengan keterlibatan dan dukungan para seniman terhadap kampanye kami untuk mengakhiri sistem kandang baterai di negara ini. Kami harap kampanye kreatif dengan seni jalanan ini dapat menarik dukungan masyarakat untuk turut mendesak perusahaan-perusahaan pangan agar beralih menggunakan telur dari peternakan bebas kandang baterai yang menerapkan standar kesejahteraan hewan yang tinggi.”
Di akhir tahun 2021, Yum! Brands dan Focus Brands—bisnis-bisnis raksasa yang menaungi berbagai merek perusahaan makanan cepat saji ternama di dunia menyatakan komitmen untuk mengakhiri penggunaan telur dari ayam-ayam yang dikurung di peternakan dengan sistem kandang baterai pada seluruh rantai pasokan globalnya. Komitmen ini dibuat setelah peluncuran kampanye terhadap mereka oleh Open Wing Alliance, koalisi organisasi-organisasi perlindungan hewan di seluruh dunia termasuk AFJ. Dan keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan publik sebagai konsumen peduli.
Tak hanya perusahaan multinasional, kebijakan untuk meninggalkan sistem kandang baterai bagi ayam petelur juga telah diumumkan oleh berbagai sektor bisnis makanan lokal dan nasional yang berbasis di Yogyakarta yaitu Chocolate Monggo, Mediterranea Restaurant, Kebun Roti Artisan Bakery, ViaVia Artisan Bakery, restoran Yabbiekayu dan Bumi Langit, serta Blue Steps Villa & Resto setelah dialog dengan AFJ.
Dalam studi komprehensif terkait keamanan pangan yang pernah dilakukan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (European Food Safety Authority/EFSA) mengenai perbandingan kontaminasi salmonella di sistem kandang baterai vs bebas kandang baterai, disimpulkan bahwa kontaminasi salmonella pada sistem kandang baterai lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem bebas kandang baterai.
“Sistem peternakan intensif untuk produksi telur semacam ini selain sangat tidak memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan tetapi juga berisiko merugikan kesehatan. Sudah saatnya kita mengakui fakta-fakta tersebut dan berupaya menerapkan kebijakan yang akan melindungi hewan dari kekejaman yang ekstrem serta kesehatan masyarakat.”, pungkas Elly. (ds/rls)