
KLIKINFOKOTA.CO.ID – Hari Bumi Internasional 2025 disambut dengan seruan keras dari masyarakat sipil Sumatera untuk menghentikan dominasi energi kotor. Dengan tema “Sumatera Menolak Punah”, Koalisi Sumatera menyerukan transisi energi bersih demi menyelamatkan lingkungan dan masa depan generasi mendatang.
Pulau Sumatera yang dahulu dikenal dengan hutan tropis dan keanekaragaman hayatinya, kini terancam oleh ekspansi PLTU batubara. Selain menghasilkan emisi karbon tinggi, PLTU juga menimbulkan konflik lahan, kerusakan ekosistem, dan dampak kesehatan serius bagi masyarakat.
Kondisi paling nyata terlihat di Provinsi Jambi. Dari 167 izin tambang batubara, 66 di antaranya telah habis masa berlaku namun belum ada satu pun yang direklamasi. Bahkan, kawasan cagar budaya nasional seperti Candi Muaro Jambi kini terganggu oleh aktivitas stockpile batubara.
Koordinator Jaringan Energi Berkeadilan Jambi, Firman Supratman, menyatakan bahwa Provinsi Jambi mengalami kelebihan pasokan listrik hingga 34% dan diperkirakan naik menjadi 52,2% pada 2025. Ia mempertanyakan untuk siapa sebenarnya batubara Jambi ditambang, mengingat banyak korban jiwa jatuh akibat jalan rusak dan kecelakaan truk angkutan batubara.
“Ratusan nyawa melayang, jalan rusak parah, dan lubang bekas tambang dibiarkan terbuka. Pemerintah harus segera menghentikan aktivitas tambang batubara di Jambi dan memberlakukan moratorium,” tegas Firman.
Sementara itu, Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar, menyebut belum ada langkah nyata dari negara dalam menjalankan transisi energi. Ia menyayangkan strategi seperti co-firing dan gasifikasi yang justru melanggengkan ketergantungan pada batubara.
Koalisi Sumatera Menolak Punah menggelar aksi dan diskusi publik di Palembang sebagai upaya menguatkan gerakan masyarakat dalam melawan proyek-proyek energi kotor dan memperjuangkan energi bersih yang adil dan berkelanjutan. (Hfz)




