
KLIKINFOKOTA.CO.ID – Saat dunia menanti munculnya pemimpin baru Gereja Katolik, ada satu proses rahasia dan sarat makna yang selalu menarik perhatian: konklaf. Tapi, tahukah kamu apa sebenarnya konklaf itu? Kenapa kardinal dari seluruh dunia “dikunci” dalam sebuah ruangan dan tidak boleh keluar sebelum satu orang terpilih jadi Paus?
Konklaf berasal dari kata Latin “cum clave”, yang artinya “dengan kunci”. Istilah ini bukan sekadar simbolik—para kardinal benar-benar dikurung di Kapel Sistina, Vatikan, tanpa akses keluar, tanpa handphone, tanpa internet. Tujuannya jelas: memilih Paus dengan hati nurani dan tanpa pengaruh dunia luar.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-13. Waktu itu, pemilihan Paus bisa memakan waktu berbulan-bulan—bahkan pernah sampai dua tahun! Akhirnya, dibuatlah aturan konklaf agar prosesnya lebih cepat dan tidak penuh drama politik.
Yang bikin konklaf makin menarik adalah adanya kode asap. Setiap kali surat suara dibakar, akan muncul asap dari cerobong kapel: hitam artinya belum terpilih, putih artinya Paus baru telah ditentukan. Simpel, tapi bikin deg-degan jutaan orang yang menunggu di luar.
Setelah suara mayoritas (dua per tiga) tercapai, nama Paus baru diumumkan ke dunia dengan kalimat terkenal: “Habemus Papam!”—yang artinya “Kita punya Paus!”
Walau tampak tertutup dan kuno, konklaf justru menjadi bukti betapa seriusnya Gereja Katolik dalam memilih pemimpinnya. Proses ini bukan hanya soal memilih tokoh agama, tapi juga seseorang yang bisa jadi punya pengaruh besar dalam isu-isu global.




